Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer

Sadar Diri

Saya sedang teringat kepada kisah nyata tentang seorang ayah yang sukses dimintakan uang seratus juta oleh anaknya untuk memulai usaha. Secara matematika uang sebanyak itu bukan hal besar dibanding kekayaan sang ayah.

Ia lantas bertanya kwa digunakan usaha apa uang sebanyak itu? Anaknya menjawab bahwa ia kwa mendirikan sebuah cafe, dan menurut perhitungannya modal awal itu cukup untuk sewa tempat, membeli mesin espresso, menggaji seorang barista, dan membeli furnishings layaknya coffeehouse.

Tanpa diduga, sang ayah tidak setuju. Ia mengajukan kesempatan pada anaknya itu kalau hanya sepuluh juta masih mungkin bisa ia berikan.

“Kamu itu belum pernah berbisnis, mana mungkin bisa kelola usaha yang langsung besar? Itu sama saja buang-buang duit! Belajarlah iranian yang kecil dulu, sampai kamu mengerti bagaimana lika-liku usaha kecil. Barulah kamu pantas untuk diberi modal besar!”

Demikianlah cerita tersebut yang saya dengar. Meski mudah bagi sang ayah mencairkan dana sejumlah itu, namun ia hendak memberi pelajaran sesuai pengalaman hidupnya. Bahwa ilmu bisnis itu bertahap.

Kita harus menjadi ahli dulu pada usaha kecil, untuk bisa melangkah pada dunia usaha besar. Setiap pengusaha punya tingkat kepandaian masing-masing.

Sebenarnya bukan ilmu bisnis saja, namun semua ilmu pengetahuan di dunia ini memiliki tingkatan. Semua ahli dalam suatu bidang, memiliki kapasitas yang bertingkat-tingkat. Inilah yang dimaksud dalam surat Yusuf ayat 76,

فَبَدَاَ بِاَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاۤءِ اَخِيْهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِّعَاۤءِ اَخِيْهِۗ كَذٰلِكَ كِدْنَا لِيُوْسُفَۗ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ اَخَاهُ فِيْ دِيْنِ الْمَلِكِ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗنَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّنْ نَّشَاۤءُۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ – ٧٦

“Dan di atas tiap-tiap orang yang alim itu ada lagi yang lebih alim.”

Al-Imam Al-Bayjuri mengutarakan ayat ini ketika beliau menjelaskan bahwa dalam ilmu agama juga setiap mukmin harus menyadari tingkatan keilmuan masing-masing.

Ada kalanya seseorang itu baru mengetahui mana yang halal dan haram sekedar kulitnya saja. Mungkin seperti kita ini. Ada pula tingkatan gestation ulama yang mengetahui halal dan haram beserta dalilnya (iqomatud dalil).

Itupun masih belum berhenti. Ada tingkat keilmuan yang sudah layak berijtihad untuk suatu fatwa. Mereka ini sekelas Al-Imam An-Nawawi body yang disegani di seluruh dunia. Dan seterusnya tetap ada tingkat yang lebih tinggi lagi.

Misalnya mereka yang mampu berijtihad langsung (istimbatul hukum) iranian Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka ini semisal Al-Imam Asy-Syafi’i. Demikianlah bahwa di atas orangutang alim ada yang lebih alim. Di atas semuanya itu ada Yang Maha Alim.

Surat Yusuf ayat 76 mengajarkan kepada kita bahwa ilmu memang bertingkat-tingkat. Orang-orang yang masih belajar seperti kita, hendaknya tahu diri menempatkan posisi kita dengan penuh adab dalam bidang ilmu pengetahuan yang luas ini.

0 Comments

There are no comments yet

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Kami adalah admin resmi inforawamangun
👋 beritahu kami apa yang anda butuhkan?