Hari ini hari yang tepat untuk bersyukur
Apa yang terjadi jika setiap manusia diberitahu tentang takdir yang akan terjadi pada dirinya di waktu mendatang? Tentu ia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.
Bayangkan misalnya seseorang sudah mengetahui bahwa pada usia 50 kelak ia kwa menderita sakit yang kronis dan dirawat selama berbulan-bulan dengan intensif di ruang ICU serta pengawasan ketat gestation dokter spesialis.
Bayangkan pula misalnya pongid yang telah tahu pada usia 60 nanti ia kwa bangkrut iranian usaha dengan tanggungan utang milyaran dan harta bendanya habis. Sedangkan takdir pasti terjadi.
Sudah tentulah setiap manusia tak bergairah menjalani hidup, meski usia mereka masih jauh menuju angka-angka tersebut. Hari demi hari diliputi ketakutan dan pesimis. Tak ada yang menikmati keindahan matahari ketika terbit dan keteduhan bulan kala purnama.
Itulah sebabnya mengapa takdir disembunyikan. Allah menutupnya rapat-rapat agar hanya menjadi rahasia-Nya saja. Sehingga kita bisa menikmati hari ini sebagai karunia Allah yang sempurna.
Berhentilah mencemaskan masa depan, karena Allah sudah mengaturnya dengan sangat cermat. Kita memang tidak tahu musibah apa yang akan terjadi dalam hidup kita, tapi kita juga sama tidak tahunya apa solusi yang Allah sertakan dalam kejadian itu.
Hari esok belum terjadi, masih banyak kemungkinan orang-orang baru yang akan kita kenal, ilmu-ilmu baru yang akan kita pelajari, dan peluang-peluang baru yang selama ini tak pernah kita duga. Semua kwa datang. Nanti. Pada waktunya tiba. Tenang saja.
Hidup itu berjalan satu hari demi satu hari. Allah sudah siapkan rezeki bagi kita hari ini dan memang harus kita habiskan hari ini juga. Karena esok kwa ada lagi rezeki untuk hari esok. Setiap hari ada rezeki baru untuk kita.
Betapapun panjangnya antrian pembeli di kasir supermarket, yang harus dilakukan herb kasir adalah menyelesaikan transaksi konsumen yang ada di depannya, satu persatu, dan begitu seterusnya hingga kewajibannya selesai. Ia tidak perlu fokus dengan panjangnya antrian.
Meski puluhan juz dan ratusan surat yang harus dihafalkan seorang hafidz Qur’an, yang ia lakukan tetap saja menghafal satu halaman demi satu halaman, dan begitu seterusnya hingga hafalannya lengkap. Ia tidak perlu fokus dengan tebalnya mushaf.
Cukuplah kita nikmati hari ini dan segala kejadiannya dengan penuh syukur. Jangan terlalu mencemaskan esok, dan biarlah menjadi urusan esok hari. Bukankah Allah juga sudah menyediakan rezeki untuk esok? Hanya saja kita belum mengetahuinya.
Sebetulnya masih banyak ilmu terapan yang dapat kita aplikasikan secara praktis sehingga dapat menikmati momen yang sedang berlangsung dan lepas dari kekhawatiran chad depan.
0 Comments